Jumat, April 23, 2010

Kebudayaan Upacara Masyarakat Magetan


A. Upacara Masa Kehamilan
Masa kehamilan merupakan peristiwa yang sangat penting yang ditunggu-tunggu bagi suatu keluarga baru untuk melangsungkan keturunan. Dahulu seorang ibu muda hamil merupakan lambang kesuburan. Anak yang dikandungnya haruslah dijaga dengan baik-baik sedangkan sang ibunya harus diberikan suasana yang menggembirakan. Selama mengandung ia diselameti dengan suatu upacara yang harus dilakukan secara turun-temurun yang dilakukan oleh keluarganya dan berlangsung sejak bulan pertama tanda-tanda kehamilan hingga ia melahirkan
. Demikianlah kebudayaan atau adat istiadat masyarakat Jawa Timur seperti :
1. Mapag Tanggal (Menjemput Tanggal)
Adalah upacara selametan yang diadakan pada waktu kandungan seorang ibu telah berumur 1 bulan, adapun sajian yang harus ada saat selametan yaitu berupa bubur merah(jenang abang). Apabila kandungan telah berumur 2 bulan diadakan selametan lagi, hanya saja makanan yang disajikan lebih banyak yaitu berupa: Nasi Gudhangan, Nasi Tumpeng, Bubur Merah dan Bubur Putih, pipis Kenthel, Jajan Pasar. Berbagai macam hidangan itu akan dibagikan dengan mengundang para kerabat dekat serta tetangga sekitar rumah(kenduri).
2. Neloni
Diadakan pada saat kandungan berumur tiga bulan dan pada upacara ini disediakan sajian berupa nasi tumpeng, jenang abang putih, nasi punar diletakkan di takir plonthang, setelah semua sajian itu tersedia maka orang yang punnya hajat mengundang tetangganya untuk kenduri yang dipimpin oleh moden(sesepuh desa). Sesudah upacara neloni pada bulan ke-4,5,6 juga diadakan selametan tetapi sajian yang dihidangkan berbeda.
3. Tingkeban
Dilaksanakan pada waktu kandungan berumur 7 bulan, oleh karena itu upacara ini juga disebut piton-piton(pitonan). Upacara tingkeban hanya diadakan oleh wanita yang baru pertama kali hamil pada kehamilan ke-2,3,4 tidak diadakan lagi upacara tingkeban tersebut. Upacara tingkeban terdiri dari beberapa kegiatan yang dimulai dengan kenduri, siraman, membelah cangkir, menjatuhkan teropong, berganti pakaian, dan diakhiri dengan rujak.
Ketentuan upacara tingkeban :
a) Setelah kandungan berumur 7 bulan.
b) Acara diadakan ada yang mengambil pedoman hari kelahiran(weton) orang yang mengandung, ada pula yang melaksanakan pada tanggal/hari sebelum bulan purnama (mis: tanggal 1,3,5,7,9,11,13, dan 15).
c) Ada yang melaksanakan pada siang hari ada pula yang malam hari.
Telah disebutkan bahwa upacara tingkeban merupakan upacara terpenting daripada upacara-upacara yang lain pada waktu seorang ibu hamil. Oleh karena itu perlengkapan/sajian yang diperlukan cukup banyak seperti :
1) Nasi Tumpeng
2) Nasi Udug (b.jawa: sego gurih)
3) Nasi Golong
4) Nasi Punar
5) Kupat Luar (b.jawa: Tepo) 7 buah
6) Jenang Abang, Jenang Putih, jenang sengkolo
7) Apem Kocor
8) Sampora
9) Ketan Manca Warna
10) Polo Pendhem (mis: ubi, ketela, talas, kentang, gembili, dsb)
11) Jajanan Pasar (mis: sego thiwul, canthel, dhondhong, krupuk, pisang raja, dsb)
12) Uler-Uleran
13) Pipis Kenthel
14) Dhawet
15) Rujak Legi
16) Pisang Ayu
17) Bunga Setaman (7 warna paling sedikit 3 warna: merah, putih,kuning).
4. Mrocoti (Procot)
Dilaksanakan apabila kandungan sudah berumur ±9 bulan. Sajian untuk upacara ini berupa jenang sum-sum yang diberi pisang utuh yang telah dikuliti. Sajian tersebut diletakkan dalam piring dan dibagikan kepada tetangga. Dipercaya dengan diadakan upacara ini diharapkan agar bayi yang akan lahir akan keluar dengan mudah.
5. Ngandhangake
Bila kandungan sampai umur 12 bulan bayi belum lahir, maka diadakan upacara ngandhangake. Dalam upacara ini perempuan yang mengandung diperlakukan seperti kerbau. Karena biasanya kerbau melahirkan setelah mengandung 12 bulan. Upacara ini diadakan pada siang hari, karena pada jaman dahulu itu adalah waktu saat anak-anak pulang dari mengembala ternaknya. Sajian yang diperlukan berupa nasi Gudhangan, bubur merah dan bubur putih.
Jalan upcara ini merupakan upacara yang unik dari beberapa upacara sebelumnya yaitu:
Ibu yang mengandung itu oleh suaminya diikat lehernya dengan seutas tali yang biasa untuk mengikat kerbau. Ibu itu dituntun oleh suaminya sambil dicambuki dengan pecut seolah-olah seperti menuntun seekor kerbau, kemudian dimasukkan kedalam kandang, ritual seperti ini dipercaya setelah diadakan upacara ini tak lama kemudian bayi akan lahir.

2 comments:

admin mengatakan...

keep blogging :-)

Unknown mengatakan...

it’s really good…
visit my blog guys @ http://iluvmagetan.blogspot.com/
keep spirit^^
don’t forget follow back
Thanks…

Translate

followers

facebook